Senin, 13 Desember 2010

jl. Bandung sekolahku -..-

Man tiga malang memang terlihat mewah dan megah dari sudut manapun orang melihat. Dari nama alamatnya " jl. Bandung no 7" kata 'Bandung' yang tergambarkan di daerah ini adalah , betapa sejuk dan rindang nya keadan jalan di depan BA Restu, MIN , Mtsn dan paling tepatnya di M3M. Suasana kota bandung tertanam di malang yang daerah nya sama sama sejuk . Selain itu juga pas untuk tempat pembelajaran atau kota Pendidikan.

Kenangan Ujian TIK Desember 2010.

hehe. maaf pak jelas saya remidi. orang saya pas berniatan mau belajar blog malah salah jalan mampir dulu nyambangi Face Book tercinta. Ujian dari kelas 1 semst 2 kalo TIK mesti remidi. Tapi enak setidaknya remidi kali ini tidak begitu memmungut biaya . Tidak seperti remidi tahun lalu. Ya bukan nya saya pelit pak , tapi susah kalo remidi nya bikin bener kayak kemaren . Soalnya pasti yang ngerjain gak semua. Udah gitu belum tentu mereka si anggota kelompok pada mau bayar iuran buat nge print banner.

Sepatu Listrik..

Sebuah informasi yang pernah saya tonton di berita acara di televisi. Tepatnya tanggal 12 Oktober 2010.

Wih keren. Anak smp di Lombok baru aja kelas 7 mendapatkan emas di Taiwan. Bocah smp dari Lombok ini dapat memenangkan perlombaan di Taiwan yang di ikuti oleh murid murid dari berbagai negara. Contohnya saja Malaysia, Hongkong dan beberapa negara lainnya. Medali emas ini bisa jatuh di tangan Dwi Tyas Putri atau sering di sapa Putri ini karena idenya untuk membuat sebuah karya 'BATTERY CHARGE' semacam generator yang di pasang di dalam sepatu. Dengan begitu, sepatu Putri dapat menghasilkan tenaga energi dan bisa di gunakan untung menge-cas hp[hand phone] terutama.

Rabu, 06 Oktober 2010

Glass Splinter Missing 1.10

Tengah malam, Ludhe masih tertidur pulas. Ergi tidak berani membangunkan untuk mengisi kekosongan perutnya. Muka Ludhe bener-bener terlihat capek. Sedangkan Ergi hanya tidur-tiduran di sofa kamar Ludhe sambil online dan mengawasi Ludhe. Hal seperti ini sudah biasa di lakukan mereka berdua. Menjaga satu sama lain saat salah satu diantara mereka sakit. Karena mereka sendiri tidak akan berbuat hal-hal yang aneh di dalam kamar.Walau berdua sekalipun. Ergi tetep asyik online dengan laptop Ludhe. Tiba-tiba Ludhe bangun tanpa Ergi sadari.
“lho? Lo tidur sini Gi?”. Suara Ludhe mengagetkan Ergi tiba-tiba.
“ Ow dasar . Bikin jantung copot aja. Ia tadi kamu itu tiba-tiba tidur di bahuku. Muka mu keliatan capek banget, badan mu lemes. Ya udah tak bawa ke kamar”. Ergi bangkit dari kursinya. Berjalan keluar kamar. Menyusuri benda-benda yang ada di rumah itu, Ergi ke dapur untuk mengambil makanan buat Ludhe. Terlihat sepotong paha ayam, sambal dan beberapa sayuran hijau yang terhias di atas piringnya. Di sebelah kanan membawa piring se isinya, dan di sebelah kiri tangan Ergi membawa segelas air minum.

Glass Splinter Missing 1.9

.” Beneran kamu De’ ngak ada yang mau di ceritain ke aku?”. Tanyanya menyelidik.” Beneran deh enggak. Suer”. Ludhe angkat lengan kanan nya dan tangan nya membentuk angka v untuk membaground in kata-kata “suer”-nya. “Mulutmu yang bilang engak De’ tapi matamu yang bilang ia”. Rasanya tengorokan Ludhe seperti tersangkut benda tajam ketika Ergi berkata seperti itu kepadanya. “Andai lo bisa rasain apa yang gue rasain Gi’, pasti saat ini gue udah cerita panjang lebar ke lo. Dan mungkin ngak bakalan hari ini kita bahas tentang Gatari. Walau sebenarnya aku yang memulai sih.” Suara batin Ludhe yang terlihat sangat terisak kesakitan. Tiba-tiba saja tangan dan kaki Ludhe bergetar perlahan. Keringat dingin agak mengalir di tubuhnya. Rasa ngilu yang bener-bener sulit di tahan. Seakan aktifitas semua organnya mulai berhenti sejenak. Muka Ludhe agak mengrenyit menahan rasa capek yang datang tiba-tiba pada tubuhnya. Berusaha menutupi agar Ergi tidak panik melihat keadaannya yang sebenarnya. “ Gi’, gue nupang kepala gue ke bahu lo ya. Bentar aja” Suara Ludhe terdengar sangat lirih. “ knapa kamu De’? ia tumpangin aja”. Membatu Ludhe meletakkan di bahunya. Ergi melihat keadaan Ludhe yang tiba-tiba aneh. Seumur-umur , selama Ergi barengan terus sama Ludhe, baru kali ini ludhe terlihat sangat capek dan tanpa senyum atau cekikikan di hadapan nya. Capek yang bener-bener terlihat kesakitan. Karena tidak tega melihat keadaanya yang seperti itu, Ergi membopong Ludhe ke kamar nya. Mengangkat dengan sekuat tenaga. Membaringkannya diatas ranjang. Ergi hanya duduk di sebelahnya. Menunggu Ludhe tertidur dan mengosokkan minyak kayu putih di bagian leher dan kakinya. Ergi berpikir kalau Ludhe hanya kecapekkan saja. Setelah melihat Ludhe sudah tertidur dan tidak sadarkan diri, Ergi kembali lagi keluar kamar dan duduk di depan tv. Tepat seperti posisi sebelumnya. Dari dalam terlihat hujan sudah mulai reda. Mimid keluar dari kamarnya dengan mengenggam ponsel di tangan kanan-nya.

Glass Splinter Missing 1.8

“Ini baju lo. Cepet ganti sana”. Ludhe lemparkan handuk dan baju cadangannya yang ada di rumah Ludhe. Karena Ergi sering banget bermalam tiba-tiba di rumah kontrakan mereka.Ergi langsung saja berjalan menuju kamar Ludhe untuk mengganti pakaian yang masih kering. Tak lama di dalam kamar Ludhe, Ergi kembali lagi keluar dengan kostum yang berbeda.”Tuh minuman lo”. Suara Ludhe terdengar agak sengak. “Nada bicaramu ngak enak banget sih De’?”.
“Haah? Kenapa emang?” tampangnya agak inocen.
“ Eh,, Ergi.. dari mana lo Gi?”suara centil Mimid memotong perbincang yang baru mereka mulai. “ Eh lo Mid? aku dari Batu. Capek tau ngak sih”. Ergi selalu menganggap Mimid seperti anak kecil. Gaya bicara yang selalu meliuk liuk dan dengan cangkok yang pas dengan muka nya. Berbeda dengan Ludhe . Cewek bermulut tipis yang kalau bicara jarang ada space nya dan kalau lagi dingin , nada bicaranya sengak banget. Udah gitu di dukung dengan muka judesnya. Semua orang pasti bakalan bilang sedemikian panjangnya untuk mengritik Ludhe kalau orang itu belum kenal Ludhe sebelumnya. “ Mid si Anjar telfon tuh”. Suara Ludhe mengema sampai ruang tengah. Mimid segera lari tergopoh-gopoh menhampiri ponsel samsung yang berada di atas ranjang tidurnya. Mengeser sedikit pintu kamarnya, agar perbincangan mereka tidak terdengar oleh dua makhluk lainnya yang berada dalam satu atap bersamanya.

Glass Splinter Missing 1.7

Motor Ludhe sudah terparkir di depan teras rumahnya. Sore itu terlihat sangat mendung,semendung apa yang sekarang di rasakan oleh hatinya. Tak terdengar sedikitpun suara Mimid dari dalam rumah. Ludhe membuka gagang pintu rumahnya. Sepatu Ludhe menginjakkan lantai yang ada di ruang tamu. Keadaan rumah terlihat sangat sepi. Hanya beberapa hembusan angin yang menghuni kediamannya.
“Mid..mimid??” pangilnya dengan pelan solah memastikan ada seseorang yang menghirup oksigen di dalamnya. Ludhe langsung saja menyalakan TV flat yang ada di ruang tengah. Tanpa harus mengganti pakaianya dan mandi terlebih dahulu. Capek yang dia rasakan sampai menghiasi raut mukanya. Mengganti chanel tv satu persatu. Tak terlihat acar tv yang menarik sore itu. Sedangkan di luar rumah sudah terlihat tetesan air hujan yang mulai menghapus semua jejak siapapun yang melintas di bumi. Terlihat sosok Mimid keluar dari kamarnya. Dengan rambut basah yang terurai panjang di punggungnya. Dan muka segar setelah merasakan guyuran air. Beserta baju babydol bermotif garis vertikal yang menutupi semua organ tubuhnya. Ludhe memperhatikan Mimid dengan muka diam tanpa ekspresi.