Rabu, 06 Oktober 2010

Glass Splinter Missing 1.8

“Ini baju lo. Cepet ganti sana”. Ludhe lemparkan handuk dan baju cadangannya yang ada di rumah Ludhe. Karena Ergi sering banget bermalam tiba-tiba di rumah kontrakan mereka.Ergi langsung saja berjalan menuju kamar Ludhe untuk mengganti pakaian yang masih kering. Tak lama di dalam kamar Ludhe, Ergi kembali lagi keluar dengan kostum yang berbeda.”Tuh minuman lo”. Suara Ludhe terdengar agak sengak. “Nada bicaramu ngak enak banget sih De’?”.
“Haah? Kenapa emang?” tampangnya agak inocen.
“ Eh,, Ergi.. dari mana lo Gi?”suara centil Mimid memotong perbincang yang baru mereka mulai. “ Eh lo Mid? aku dari Batu. Capek tau ngak sih”. Ergi selalu menganggap Mimid seperti anak kecil. Gaya bicara yang selalu meliuk liuk dan dengan cangkok yang pas dengan muka nya. Berbeda dengan Ludhe . Cewek bermulut tipis yang kalau bicara jarang ada space nya dan kalau lagi dingin , nada bicaranya sengak banget. Udah gitu di dukung dengan muka judesnya. Semua orang pasti bakalan bilang sedemikian panjangnya untuk mengritik Ludhe kalau orang itu belum kenal Ludhe sebelumnya. “ Mid si Anjar telfon tuh”. Suara Ludhe mengema sampai ruang tengah. Mimid segera lari tergopoh-gopoh menhampiri ponsel samsung yang berada di atas ranjang tidurnya. Mengeser sedikit pintu kamarnya, agar perbincangan mereka tidak terdengar oleh dua makhluk lainnya yang berada dalam satu atap bersamanya.
            “ Lo ngak kedinginan Gi? Mulut lo kayak beku banget”. Tanyanya terlihat sedikit perhatian kepada Ergi. Ergi sikat tas Ludhe yang ada di atas meja di depannya. Membuka cepat tas Ludhe dan mencari cermin kecil di kantong tas nya. “ Iya, ya.. dah biarin wes”. Jawabnya singkat. “ Gimana kabar Gatari sang pujaan hati lo?”. Ludhe berusaha menutupi ke jelous an yang menyelinap di hati kecilnya. “ Hahaa..Tu anak makin seru aja De’ tambah bikin sreg aja kalo lagi liatin dia”. Rasa kekaguman Ergi pada Gatari sulit di bendung. Sampai dia tidak merasakan dentuman keras dari sahabatnya yang berusaha menggretak hatinya. Muka Ludhe harus terlihat selalu ceria setiap melihat Ergi mulai cerita. Karena suasana muka Ludhe lah yang bisa menarik perhatian Ergi untuk tetap mencurahkan semua rasa bahagia yang menusuk di dalam jantung dan hatinya. Panjang lebar Ergi bercerita tentang Gatari. Sampai dia tidak menyadari kalau Ludhe menerawang jauh memandang sesuatu hal yang kosong. “De’ sekarang giliran kamu yang bercerita”. Sambil memukul bahu Ludhe, agar Ludhe terbangun dari lamunannya. “ Gue Gi’?  cerita apa ya? Ah gue lagi ngak ada cerita. Sepi banget rasanya hidup gue hari ini”. Penjelasan Ludhe terlihat agak menjanggal hati Ergi. “ Ih gitu ya sekarang ngak mau berbagi sama aku lagi ni ceritanya?”. Mata Ergi melirik ke arah di mana Ludhe sedang duduk. Walau sebnarnya sebelahan sih. “ Gimana ya, gue males tu ngomong sama orang yang lagi hobi banget ngomongin cinta-cintaan. Haha.. ngak-ngak Gi’ gue cuma bercanda. Beneran deh hari ini ngak ada aktifitas yang spesial gitu buat gue. Semua normal seperti rutinitas gue ala kadarnya”. Muka Ludhe terlihat ceria tapi tidak pada matanya. Semua kebohongan seakan sedang bersembunyi di balik kedua mata indahnya

0 komentar:

Posting Komentar