Rabu, 06 Oktober 2010

Glass Splinter Missing 1.3

“udah ni Njar minuman lo. Gue tinggal ke kampus dulu !”. Pamitnya singkat sembari menyodorkan segelas jus semangka di atas meja nya. Terlihat Ludhe sangat tergesa gesa. Berangkat dengan vario putihnya. Pandangan Ludhe tertuju pada ruas-ruas jalan yang di lewati. Tak jauh jarak antara rumah dengan kampus Ludhe. Tetapi hari ini, dia harus pergi ke pom bensin terlebih dahulu. Mengisi bahan bakar untuk  scoter matic nya. Perjalanan mengisi bahan bakar hanya memakan waktu sampai sepuluh menit saja. Seketika , Ludhe teringat pada kunci rumahnya yang tertinggal di dapur pada saat membuat segelas jus untuk Anjar. Pacar Mimid. Sesegera Ludhe mengeluarkan ponsel tipisnya dari saku celana jins yang di kenakannya. Menekan-nekan keypad nya mencari-cari nomor seseorang yang terdaftar di dalam list phonebook nya. Tangan kanan tetap fokus pada steer. Sedangkan tangan kirinya berusaha untuk menyelinapkan ponsel kedalam helm agar terdengar sampai gendang telinganya. Menunggu seseorang di seberang sana menjawab panggilan yang sudah di kirim. Tak lama kemudian.
            “ Apa De’?.lo kemana sih?”. Tanya Mimid yang tiba-tiba pikun kalau hari ini adalah jadwal Ludhe pergi ke kampus.
            “ Heh manusia ,penyakit alzeimar lo kumat? , gue kan pergi ke kampus dodol. Kalau lo mau pergi , kunci rumah ada di dapur. Gue lupa mau titipin ke Anjar tadi”. Suara Ludhe agak terdengar samar-samar karena terbentur dengan suara keramaian motor yang melintas di jalan yang sama di lewati oleh Ludhe juga.
            “Ow dasar.. lo sendiri juga,”.[ Pip..pip..pip..pip.. ]. Mimid memandangi layar ponsel dan mengerutkan keningnya. Anjar memandanginya aneh. Mimid kembali melangkahkan kakinya , menyusuri lorong dengan langkah agak melebar seperti orang kalap. Dan kembali lagi ke hadap an Anjar dengan seuntai kunci rumah di tangannya. Anjar meraih remote untuk men turn off kan TV flat yang ada di sampingnya. Rasa rasanya walaupun Anjar harus menunggu Mimid sampai berjam-jam, Anjar tetap saja duduk di depan TV dengan sabar menunggu wanita idamannya. Sekalipun Mimid tidak memyuguhkan minum dan cemilan kecil untuknya. Arloji yang melilit di tangan Anjar menunjukkan pukul 11.29. Anjar memutar balik mobil karimun estilo miliknya, dan pergi menuju “21”.

0 komentar:

Posting Komentar