Rabu, 06 Oktober 2010

Glass Splinter Missing 1.6

“De’..” sapaannya membuat Ludhe kaget.
“Eh mas Eka’ ?” terpancar muka agak kesal di dalamnya, walaupun saat itu dia berusaha tersenyum dengan kedatangan Eka yang tiba-tiba. Eka ikut membuka laptop di atas meja yang di tempati Ludhe sebelumnya. Ikut online menemani Ludhe yang terlihat sendirian di meja putih itu. “Tumben ke kampus mas? Ngak sibuk sama skripsi mu?”. Tanyanya dengan tetap memfokuskan kedua matanya di layar laptop vaio. “ Yah lagi bosen di rumah . Anak-anak juga pada keluar. Yaudah aku kesini . Soalnya aku tau De’ pasti kamu online di sini. Pinter udah belajar ngak pake “ gue,lo” ke aku”. Tangan besar Eka mengusuk rambut panjang Ludhe . Seperti mengusuk kepala anjing saja. Ludhe reflek membuang tangan Eka dan tertawa.
“ Nah gitu dong. Tumben muka mu asem banget hari ini. Kenapa? liat pemandangan ngak enak ya?”. Tebaknya terlihat asal walau sebenarnya Eka tau. “Ih apaan sih mas? Ngak penting banget”. Jawabnya agak terlihat sewot. “Mata sama nularimu yang bilang De’ . Bukan mulut mu.” Tegasnya, seolah menyelidik apa yang terjadi pada adiknya, Ludhe. “ Ah, ngeles banget si mas?”. Jawabnya singkat. “Heh please deh De’, yang ngeles itu siapa juga? Ngak ke balik a? Kenapa se emangnya? Ergi kah?”. Pikiran Ludhe langsung mengembang. Menghayal dan batinya pun ikut mendukung apa yang sedang dia ingin kan. “Andaikan Ergi kayak lo mas. Masih perhatian sama gue, cerita ke gue,nongkrong bareng gue.Yah tapi sayangnya, perhatian itu sudah jatuh ke tangan orang lain yang mungkin bisa lebih /bahkan melebihi apa yang udah gue kasih ke dia selama ini.” Seketika lamunan Ludhe di bubarkan oleh Eka. Ludhe hanya tersenyum melihat muka Eka yang lebih sering memasang muka aneh dan inocen dari pada raut muka yang lainnya. Tiba-tiba ponsel Ludhe berbunyi. Terlihat nama Mimid di layar ponselnya. Ludhe segera mengangkat gagang ponselnya dengan hati-hati. “Apa Mid?” suara tegas Ludhe serasa merusak gendang telinga Mimid.” De’ cepetan pulang.. gue di rumah sendiri ni.Lama banget sih lo di kampusnya?” Crocos panjang lebar Mimid membuat Ludhe ingin segera membereskan barang-barangnya yang berserakan di meja taman tersebut. Ludhe langsung mematikan telephon dari Mimid tanpa menjawab dan mengakhiri pembicaraannya.
            “Mas Ludhe balik dulu ya, kasihan si Mimid sendirian di rumah”. Tanpa harus mendengar apa jawaban Eka selanjutnya, Ludhe segera melangkah untuk keluar dari kaki meja. Ludhe raih tas ransel batiknya. “ Hati-hati De’ salam buat Mimid ya”. Terdengar suara Eka yang menghiasi kepergiannya dari tempat dimana mereka bedua tadi sedang duduk. ” Iya kak pasti”. Singkat.
“Andai kamu tau De’. Aku tu sayang ke kamu melebihi apa yang kamu inginkan dari Ergi dan yang Ergi berikan ke kamu, tanpa ada sebuah kepastian yang nyata. Kalau kamu bisa membuka matamu untuk hatiku De’ , I promise to take care of you without having to make your heart disappointment. But I know everything will be okay if I wait for you. Eka bergumam seakan akan suasana di sore itu hanya miliknya semata. Setelah Ludhe pergi , ngak lama Eka juga menyusul untuk meninggalkan tempat itu. Dengan sebuah tas ransel hitam dan motor satria-nya, dia pergi menyusuri jalanan yang ada di kota Malang untuk pergi nongkrong ke tempat yang biasa di datanginya. Coffe toffe.

0 komentar:

Posting Komentar